Thursday, April 10, 2008

Mitos Vs Fakta Selaput Dara

Orang sering meributkan masalah selaput dara. Terutama laki-laki yang menuntut pasangan agar menjaga kesucian, termasuk mempertahankan selaput dara alias himen tetap utuh hingga saat pernikahan. Kalau tidak terjadi pendarahan pada malam pertama, berarti si gadis sudah tak perawan lagi. Benarkah?



Selaput dara terletak di dalam bagian dalam vagina (lebih ke dalam dari labiominora), bentuknya bermacam-macam dan biasanya elastis. Sering kali karena minimnya informasi mengenai selaput dara, terkadang remaja bila menemui pendarahan pada alat kelaminnya banyak yang merasa cemas…jangan-jangan selaput daranya robek atau berbagai kasus lain serupa.

Atau ada juga cerita pengalaman seorang remaja yang gelisah ketika pada suatu hari dari lubang vaginanya keluar darah, padahal si remaja belum pernah melakukan HUS (Hubungan Suami-Istri). Selidik punya selidik, ternyata dia baru saja mengalami benturan keras yang mengenai vagina akibat peristiwa tabrakan antara motor yang dikendarainya dengan mobil berkecepatan tinggi. Pendarahan akibat luka dan lecet pada dinding vagina juga dapat mengakibatkan keluarnya darah atau berbagai sebab infeksi pada saluran reproduksinya.
Hingga kini informasi tentang anatomi tubuh terutama berkenaan dengan selaput dara belum begitu banyak. Ada yang bilang, bahwa persoalan selaput dara toh nanti kalau sudah nikah akan mengerti sendiri. Padahal, kalau tidak dikenali dari sekarang, bukan tidak mungkin nantinya juga akan tetap tidak mengerti.
Selaput dara sendiri mempunyai bentuk yang berbeda-beda, dari yang seminular atau bulan sabit yang berlubang-lubang atau yang ada pemisahnya (septum). Adapun kekuatan selaput dara pun berbeda-beda, dari yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus hymenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah dilalui oleh dua ujung jari. Umumnya selaput dara ini robek pada saat hubungan intim, namun kecelakaan atau benturan keras yang mengenai vagina bisa berakibat pendarahan dalam vagina, luka dan pengoyakan hymen. Pada umumnya kasus kecelakaan atau benturan yang mengenai himen, tidak mesti diikuti pendarahan dan pendarahan belum tentu karena himen robek.


Selaput dara biasanya terobek begitu organ laki-laki termasuk dalam vagina (terkoyaknya selaput dara disebut deflorasi). Bisa robek karena kecelakaan yang menimbulkan trauma atas selaput dara.

Mitos Vs Fakta
Lalu mitos apa saja yang sering kali beredar dan parahnya diyakini sebagai sebuah kebenaran? Agar kita tidak percaya begitu saja, maka ikuti bagian ini;
Mitos:
Perempuan perawan pasti berdarah di malam pertama.
Fakta:
Sebenarnya, selaput dara (himen) itu bentuknya macam-macam jenisnya. Ada yang sangat elastis, sehingga tidak mudah sobek bahkan pada hubungan seks sekalipun. Ada juga yang sangat tipis dan sangat rapuh, sehingga sangat mudah robek lewat aktivitas lain. Kalau seorang perempuan ketika berhubungan seks yang pertama kali tidak mengeluarkan darah, ada beberapa kemungkinan. Mungkin himen itu sudah sobek, tapi darahnya tidak banyak, jadi tidak mudah terlihat oleh mata. Banyak orang yang mengira kalau selaput dara (himen) robek maka darah akan keluar banyak. Sebetulnya himen itu sangat tipis sehingga robeknya tidak selalu menyebabkan keluarnya darah banyak. Penting diketahui, ketika berhubungan seksual cowok tidak bisa membedakan cewek tersebut masih perawan atau tidak. Asal tahu aja, banyak cowok yang menuduh ceweknya tidak perawan setelah melakukan seks, padahal baru dengan cowok itu sang cewek berintim ria. Biasanya, Laki-laki seperti ini biasanya menolak bertanggung jawab.
Mitos:
Perempuan yang tidak perawan bisa dilihat dari bentuk tubuhnya
Fakta:
Pada wanita yang sedang hamil atau sudah pernah melahirkan memang bentuk tubuhnya akan berubah (bisa karena pengaruh hormon). Tapi, kalau perempuan yang sudah tidak perawan ya…tidak akan kelihatan dari luar. Tidak ada yang berubah seperti pinggul, pantat, bentuk dada, atau cara berjalan dan sebagainya.


Pernah ada juga anggapan bahwa dengan kampanye virginitas maka akan bisa menekan angka aborsi. Pertanyaannya adalah bukankah pendekatan ini justru lebih memperkuat mitos bahwa keperawanan merupakan sesuatu yang seolah-olah hanya diukur dengan utuh tidaknya selaput dara.

No comments: